Hasil positif diraih timnas Indonesia kala menggulung Malaysia dengan skor telak 5-1 dalam laga perdana Piala AFF. Sayang kemenangan itu masih juga ternodai dengan aksi tak sportif suporter tuan rumah.
Ya, lagi-lagi suporter Indonesia menunjukkan sikap "noraknya" seperti yang kerap terjadi dalam pertandingan-pertandingan antar klub lokal. Jika biasanya mereka saling mengejek satu klub dengan klub lainnya, kini mereka bersatu "untuk" menyerang Malaysia.
Terkait panasnya suhu politik Indonesia serta Malaysia sejak dulu, suporter pun memberikan sambutan yang tak ramah kepada tim Malaysia. Contohnya saja saat tim asuhan K.Rajagopal itu melakukan pemanasan, para suporter menyoraki para pemain 'Negeri Jiran' itu.
Yang lebih parahnya adalah saat lagu kebangsaan Malaysia dikumandangkan. Meski sudah diminta untuk tenang oleh MC, namun sebagian besar suporter malah berteriak keras agar lagu nasional tetangga tak terdengar. Untuk karena suara lagu sangat keras, maka lagu tersebut masih dapat terdengar.
Tak hanya sampai disitu, sekolompok kecil suporter Malaysia yang ikut menonton di sekitar sektor 19-20 menjadi sasaran amuk para suporter tuan rumah. Mereka diintimidasi dan diteriaki 'Maling' berkali-kali serta bahkan ada suporter yang melempar botol air minum dari tribun di atasnya.
Untungya botol tersebut mengenai tubuh seorang petugas keamanan. Melihat gelagat tak baik itu maka satuan keamanan pun memilih menggiring para pendukung tim tamu itu keluar dari bangku penonton demi keselamatan mereka.
Memang tak semua suporter Indonesia seperti. Ada kok yang memilih untuk cuek dengan kehadiran suporter Malaysia dan lebih tertarik dengan penampilan apik Indonesia pada laga tadi.
"Saya sih gak ikut-ikutan kalau mengejek-ngejek seperti itu. Saya ke sini buat nonton pertandingan dan saya senang melihat penampilan timnas tadi. Apalagi Irfan Bachdim mainnya sangat bagus," ujar salah satu suporter bernama Trisno (23 tahun), warga Bintaro Jaya, Jakarta Selatan, yang ditemui detiksport usai pertandingan.
"Kalau soal hubungan tak baik antara Indonesia dan Malaysia saya tak begitu pedulikan sih mas. Saya cuma mau nonton, biarin aja mereka begitu. Namanya juga suporter, pasti beda-beda kan (sifatnya)," timpal Rinaldi (19 tahun) yang datang bersama Trisno dan dua orang teman lainnya.
Apapun alasannya, tindakan mereka itu tak perlu dibenarkan dan juga dibiarkan. Sebab sepakbola bukanlah arena untuk adu kehebatan dalam soal politik. Di sini sportifitas lah yang dijunjung tinggi. Mudah-mudahan hal seperti ini tidak terulang lagi.
sumber : sepakbola.com